Selasa, 10 Juli 2012

Jakarta Berharap

Gue benci jerawat di hidung. Tapi lebih dari itu, gue lebih benci sama kemacetan yang nggak kelar-kelar.

Gue benci bau kentut. Tapi lebih dari itu, gue lebih benci sama polusi yang makin parah dari hari ke hari.

Gue benci kalo ngobrol sama orang yang suka muncrat-muncrat. Tapi lebih dari itu, gue lebih benci banjir yang terjadi dari tahun ke tahun di kota ini.

Gue benci sama beberapa orang mantan. Tapi lebih dari itu, gue lebih benci sama ormas-ormas bayaran yang mengatas-namakan agama atau golongan tertentu untuk berbuat seenaknya.


pict from antaranews.com


Besok, 11 Juli 2012, adalah hari di mana seluruh manusia yang telah memegang KTP Jakarta, menunaikan tugasnya untuk memilih pemimpin mereka untuk lima tahun ke depan di TPS-TPS yang sudah anteng berdiri di sudut-sudut tempat tinggal kita.
Mulai dari pemuda, pemudi, om-om, tante-tante, kakek-kakek, nenek-nenek, bahkan mamah-mamah muda, baik yang udah move on ataupun belum, baik yang jarang mandi ataupun tidak, diharapkan menggunakan hak pilihnya untuk menentukan pemimpin yang dikehendakinya, yang pas di hati masing-masing.

Ada enam pasang calon gubernur dan wakilnya yang bisa dipilih. Mereka masing-masing punya janji-janji dan jargon kampanye masing-masing, selain itu mereka juga punya cara-cara dan strategi sendiri buat meraup calon pemilih. Ada yang turun ke grass-roots, ada yang giat di social media, adapula yang memaksimalkan kader dari partai pendukungnya. Gosipnya juga ada yang minta restu sama dukun dan paranormal.

Gue curiga, ini mau nyalonin jadi gubernur apa mau guna-gunain mantan.

Lanjut.. Berbagai macam janji-janji manis nggak lupa diberikan kepada calon pemilih. Mulai dari janji menguraikan macet, menuntaskan banjir, membenahi birokrasi, membangun infrastruktur yang layak dan lain sebagainya.

Yep. Para cagub dan cawagub di masa kampanyenya ini memang nggak lebih seperti orang-orang yang naksir kita di masa PDKT. Beginilah, begitulah, janjiin inilah, janjiin itulah. Dan semua memang terlihat hebat dan terlihat benar. Nggak peduli apapun masa lalu mereka. Nggak peduli apapun latar belakang mereka. Cagub dan cawagub layaknya seorang player handal yang jago nyepik buat menyakinkan buruannya. Dan kadang mereka melakukan segala cara dan upaya. Ada yang baik, ada juga yang curang.

Namun nggak peduli seberapa besarpun rasa tidak percaya kita pada mereka, kita tetap harus memilih. Memilih yang paling baik, yang punya kemungkinan paling besar buat nggak ngecewain kita, yang pada akhirnya bisa bikin kita bahagia. 
Namun ketika pilihan kita akhirnya salah, kita harus ingat, politisi busuk dan pacar brengsek itu memang selalu ada di mana-mana, di kota ataupun di desa. Mereka tersebar secara merata kayak penyebaran orang galau di musim penghujan. Tapi kalau ternyata kenyataan itu muncul setelah kita sudah memilih yang terbaik, ya mungkin memang kita aja yang sial kali ini dan pilihan kita yang memang nggak bener.

Gue sebagai pendatang dari daerah, pengen banget lihat ini Jakarta bisa jadi kota yang lebih pantas untuk ditinggali. Yang bebas dari macet dan banjir, bisa terlepas dari polusi yang kebablasan, dan bisa memberi kehidupan yang layak bagi siapapun yang bernaung di bawah langitnya. 

Gue juga pengen lihat lebih banyak senyum keluar dari masing-masing bibir kita ketika berada di jalanan, lebih banyak sapaan ramah tanpa harus saling mencurigai, lebih banyak kata maaf dan terima kasih ketika berinteraksi antar sesama. Seperti yang sering diajarkan di buku PPKn atau PMP jaman SD dulu. Toleransi, tenggang rasa, gorong royong dan bla bla.
Juga satu lagi, gue berharap uang kos bisa diturunin siapapun gubernurnya (kemudian digebuk Ibu kos).

Well.. Cakep kan yak kalo begitu?

Lepas dari siapapun pemimpin yang akhirnya terpilih nanti, berhasil atau tidaknya Jakarta ini tergantung kita-kita juga yang hidup di dalamnya. Kalau karakter rakyatnya masih kayak sekarang ini, gue yakin Jakarta bisa jadi kota yang lebih layak sekitar 3500 tahun lagi.

Oke, itu barusan lebay. Tapi ya emang sih, baik atau nggaknya Jakarta ke depan, itu lebih tergantung pada kita sebagai penghuninya, dan tidak sepenuhnya pada si pemimpin yang terpilih nanti. Iya nggak? (nyengir)

Jadi besok pagi, gunakan hak pilih yang kamu punya. Saran gue jangan dateng subuh-subuh, karena TPS-nya pasti belom buka. Jangan lupa juga untuk berdoa dan ikut berusaha membangun Jakarta siapapun pemimpinnya.

Semoga kota kita ini bisa jadi tempat yang lebih baik dan nyaman untuk kita tinggali bersama.

Amin.

1 komentar: